Selasa, 17 Mei 2011

VIBRIO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang

            Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik .
           
            Bakteri adalah salah satu makhluk hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop, tetapi memilki peran yang sangat penting dalam kehidupan yaitu dapat menguraikan makhluk hidup. Bisa kita bayangkan jika seandainya tidak ada makhluk hidup yang dapat menguraikan maka dunia ini akan penuh dengan timbunan pepohonan, dedaunan dan makhluk hidup karena tidak adanya proses penguraian oleh makhluk kecil ini. 
                  Bakteri terdapat ditempat dimana manusia hidup. Terdapat pada udara yang kita hirup, pada makanan yang kita makan, juga terdapat pada permukaan kulit, pada jari tangan, pada rambut, dalam rongga mulut, usus, dalam saluran pernafasan dan pada seluruh permukaan yang terbuka dan dianggap sebagai flora normal.
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besar juga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰.
Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Spesies Vibrio umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar. Bakteri Vibrio menyerang larva udang secara sekunder yaitu pada saat dalam keadaan stress dan lemah, oleh karena itu sering dikatakan bahwa bakteri ini termasuk jenis opportunistic pathogen yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan.
Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.
Tapi kadang-kadang pula dalam keadaan tertentu, misalnya pada saat daya tahan tubuh lemah bakteri komensal maupun bakteri mutualistik bisa menimbulkan penyakit. Bila suatu jenis bakteri dilihat dengan mikroskop akan tampak jelas dengan melalui proses pewarnaan. Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan satu atau lebih zat warna. Pewarnaan bakteri dengan menggunakan lebih dari satu zat warna diberi nama sesuai dengan penemunya.
Vibrio sp. tampak pada mikroskop berbentuk batang bengkok berwarna merah (bacil gram negative), berukuran 1-3x0,4 – 0,6 mikron, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella satu kutub, tetapi tidak begitu panjang dan flagella ini berakar dalam sitoplasma kuman.

Menurut WHO (1988) merekomendasi tiga kelompok bakteri indikator pencemaran perairan rekreasi pantai yaitu fecal coliform, fecal Streptococcus dan patogen.
Vibrio merupakan patogen oportunistik yang dalam keadaan normal ada dalam lingkungan pemeliharaan, kemudian berkembang dari sifat yang saprofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungannya memungkinkan. Bakteri vibrio yang patogen dapat hidup di bagian tubuh organisme lain baik di luar tubuh dengan jalan menempel, maupun pada organ tubuh bagian dalam seperti hati, usus dan sebagainya.

1.2       Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud dari penyusunan laporan praktikum ini adalah untumengidentifikasi Vibrio sp yang terdapat dalam air got FIK UNM .
1.2.2. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk dapat mengisolasi bakteri yang terdapat dalam air got FIK UNM dan untuk mengidentifikasi penyakit yang ditimbulkannya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Tinjauan umum

Vibrio sp Bakteri Vibrio merupakan genus yang dominan pada lingkungan air payau dan estuaria. Umumnya bakteri Vibrio menyebabkan penyakit pada hewan perairan laut dan payau. Sejumlah spesies Vibrio yang dikenal sebagai patogen seperti V. alginolyticus, V. anguillarum, V. carchariae, V. cholerae, V. harveyii, V. ordalii dan V. vulnificus (Irianto, 2003). Menurut Egidius (1987) Vibrio sp. menyerang lebih dari 40 spesies ikan di 16 negara. Vibrio sp. mempunyai sifat gram negatif, sel tunggal berbentuk batang pendek yang bengkok (koma) atau lurus, berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm, motil, dan mempunyai flagella polar (Gambar 1). Menurut  Pitogo et al., (1990), karakteristik spesies Vibrio berpendar (Tabel 1). Sifat biokimia Vibrio adalah oksidase positif, fermentatif terhadap glukosa dan sensisif terhadap uji O/129 (Logan, 1994 cit. Gultom, 2003).

Bakteri Vibrio sp adalah jenis bakteri yang dapat hidup pada salinitas yang relatif tinggi. Menurut Rheinheiner (1985) cit. Herawati (1996), sebagian besar bakteri berpendar bersifat halofilik yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Bakteri Vibrio berpendar termasuk bakteri anaerobic fakultatif, yaitu dapat hidup baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio tumbuh pada pH 4 - 9 dan tumbuh optimal pada pH 6,5 - 8,5 atau kondisi alkali dengan pH 9,0 (Baumann et al., 1984 cit. Herawati, 1996).

Vibrio sp merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam divisi bakteri, klas Schizomicetes, ordo Eubacteriales, Famili Vibrionaceae. Bakteir ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerob, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3 µm, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988).

Pencemaran limbah dalam suatu perairan mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah mikroorganisme dalam perairan tersebut. Air buangan kota dan desa yang berpenduduk padat tidak hanya meningkatkan pertumbuhan bakteri koliform akan tetapi juga meningkatkan jumlah bakteri patogen seperti Salmonella, Shigella dan Vibrio cholera (Shuval, 1986).

            Infeksi pada luka mungkin ringan tetapi sering berlanjut dengan cepat (setelah beberapa jam), dengan perkembangan lesi kulit bullous, selulitis, dan miositis dengan nekrosis. Karena cepatnya kemajuan dari infeksi, maka diperlukan pengobatan antibiotic sesuai sebelum konfirmasi dengan kultur didapat. Diagnose didapat melalui kultur organisme pada media laboratorium standar (Jawetz, dkk. 2005).
2.1.2            Klasifikasi Vibrio
Kingdom :   Eubacteria
Divisi      :   Bacteri
Class      :   Schizomycetes
Ordo        :   Eubacteriales
family      :   Vibrionaceae
Genus    :   Vibrio
Spesies  : 


Vibro anguillarum
Vibrio almonicida
Vibrio lginolyticus
Vibrio cholera             
Vibrio hollisae
Vibrio damsel
Vibrio fluvialis
Vibrio mimicus



2.1.3   Morfologi dan Identifikasi
                        2.1.3.1            Ciri khas organisme





Vibrio
Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua.
Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm.
2.1.3.2      Biakan
Berdasarkan pengamatan visual terhadap bakteri pathogen spesies Vibrio, maka bakteri ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran koloni yang tumbuh pada media TCBS agar setelah masa inkubasi 24 - 48 jam pada suhu kamar (30°C). TCBS adalah media yang lebih dianjurkan untuk kultur tinja, dimana sebagian besar galur menghasilkan koloni-koloni yang berwarna biru-hijau (sukrosa negatif). (Jawetz, dkk. 2005).
Dari hasil penelitian terhadap isolat bakteri Vibrio sp, ditemukan enam spesies bakteri patogen Vibrio sp, yaitu :

1)    Vibrio parahaemolyticus             
Vibrio parahaemolyticus adalah bakteri halofilik yang menyebabkan gastroenteritis akut sebagai akibat makan makanan seafood yang terkontaminasi seperti ikan mentah atau kerang. Setelah periode inkubasi selama 12 – 24 jam, terjadi mual dan muntah, kram perut, demam dan diare air dan darah. Lekosit pada tinja sering terlihat. Enteritis cenderung sembuh sendiri dalam 1-4 hari tanpa pengobatan, selain restorasi air dan keseimbangan elektrolit. Tidak ada enterotoksin yang diisolasi dari organisme.
      Penyakit ini terjadi diseluruh dunia, dengan kejadian tertinggi pada wilayah dimana orang gemar makan seafood mentah. Vibrio parahaemolyticus tidak dapat tumbuh dengan baik pada media differensial yang biasa digunakan untuk Salmonella dan Shigella, tetapi dapat tumbuh dengan baik pada agar darah. Mereka juga dapat tumbuh pada TCBS dimana menghasilkan koloni yang berwarna hijau. Vibrio parahaemolyticus biasanya diidentifikasi melalui pertumbuhan oksidase positifnya pada agar darah.

2)    Vibrio vulnificus
      Vibrio vulnificus dapat menyebabkan infeksi luka parah, bekteremia, dan mungkin gastroenteritis. Mereka adalah bakteri yang bebas hidup dimuara, yang ditemukan di AS, Atlantik, Teluk dan Pantai Pasifik. Infeksi telah dilaporkan dari Korea, dan organism tersebar diseluruh dunia. Vibrio vulnificus khususnya ditemukan pada tiram, terutama pada bulan-bulan musim panas.
      Bakteremia dengan infeksi yang tidak focus terjadi pada orang yang memakan tiram yang terinfeksi dan orang yang gemar minum alcohol atau berpenyakit hati. Luka bisa menjadi terinfeksi pada orang normal atau yang imunokompromistik yang berhubungan dengan air dimana bakteri terdapat. Proses infeksi seringkali terjadi dengan cepat, dengan perkembangan penyakit yang parah. Sekitar 50% pasien dengan bakteremia meninggal. (Jawetz, dkk. 2005).
3)   Vibrio anguillarum
Mempunyai ciri-ciri warna putih–kekuning-kuningan, bulat, menonjol dan berkilau. Karakteristik fisika-biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa, laktosa, sellobiosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan methyl red dan H2S negatif.

4)   Vibrio alginolyticus.
Mempunyai ciri-ciri berwarna kuning, diameter 3-5 mm. Karakteristik fisika-biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, laktosa, dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, galaktosa negatif.

5)   Vibrio salmonicida
      Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna bening, diameter < 1 mm, bulat, menonjol dan utuh. Karakteristik biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, glukosa positif. Sedangkan methyl red, H2S, laktosa, galaktosa, mannitol sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.

6)   Vibrio vulnificus.

Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna biru sampai hijau, diameter 2-3 mm. Karakteristik biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, sellobiosa, fruktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan, laktosa bersifat negatif.



7)   Vibrio cholera
      Mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Berwarna kuning, datar, diameter 2-3 mm, warna media berubah menjadi kuning. Karakteristik fisika-biokimia adalah pewarnaan gram negatif, dan mempunyai sifat fermentatif, katalase, oksidase, methyl red dan H2S glukosa, laktosa, galaktosa dan manitol positif. Sedangkan sellobiosa, fruktosa, bersifat negatif.

      Vibrio cholera tumbuh baik pada agar tiosulfat-sitrat-empedu-sukrosa. pH optimumnya 7,8 – 8,2 (alkalis), bakteri ini cepat mati karena asam. Perbenihan khusus untuk bakteri ini adalah perbenihan Diedonne yang mempunyai pH 8,5 – 9,5. Perbenihan ini merupakan perbenihan selektif untuk bakteri ini karena dengan pH ini bakteri lain akan mati sedangkan Vibrio cholera tidak. Pada agar darah bersifat haemodigesti, mengeluarkan eksotoksin, dan pada media padat, kooninya bening seperti embun.

      Pada perbenihan cair, bakterinya akan lari ke permukaan yang menimbulkan selaput pada permukaan perbenihan dan sifat ini khas untuk Vibrio cholera. Vibrio cholera menimbulkan penyakit cholera asiatica. Masa inkubasi dari 5 jam sampai beberapa hari.
8)   Vibrio El Tor
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Gotschlick tahun 905 di stasion Qarantina El Tor di Semenanjung Sinai (Mesir). Sifat bakteri ini sama dengan Vibrio cholera hanya pada agar darah bersifat haemolsis. Pada manusia menyebabkan penyakit muntah da diare, tetapi lebih ringan dibandingkan dengan cholera asiatica dan sering disebut paracholera (Entjang, 2003).


         MEDIA PADAT YANG DIGUNAKAN



              



TCBS
Mac -conkey
                  








TSIA






2.1.4. Patogenitas
Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis. Serta bagian mulut yang kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut.
Vibrio tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini.
Proses ini dapat dibuktikan dengan pemberian viseral antibodi. Bila terjadi dehidrasi, maka diberikanlah cairan elektrolit. Immunitas pasif dapat dilakukan dengan memberikan viseral antibodi dan viseral antitoksin yang dapat mengurangi cairan tanpa mematikan kuman. Vibrio jenis lain juga dapat menghasilkan soluble hemolysin yang dapat melisiskan sel darah merah.
Struktur antigen Vibrio baik yang patogen maupun nonpatogen memiliki antigen-H tunggal yang sejenis dan tidak tahan panas. Antigen-H ini sangat heterogen dan juga banyak terjadi overlapping dengan bakteri lain.
Gartnor dan Venkatraman membagi antigen-O Vibrio menjadi grup O1-O6. Yang patogen bagi manusia adalah grup O1 dari Vibrio coma. Antibodi terhadap antigen-O bersifat protektif sehingga Ogawa, Inaba, dan Hikojima membagi tiga serotip yang mewakili tiga faktor gen yaitu A, B, dan C. Serotip Hikojima atau serotip ketga merupakan campuran antara Ogawa dan Inaba. Atau untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

Serotip
Faktor O
Ogawa
AB
Inaba
AC
Hikojima
ABC












Kerangka Operasional

                   Sampel air GOT
                                         pewarnaan Gram
                                                                                            MEDIA PEMUPUK
                                                                                                    Air pepton


                                                                                                MEDIA UMUM
                                                                                            Nutrient Agar dan MC
                                                                                               MEDIA SELEKTIF
                                                                               TCBS
                                                                                          MEDIA DIFFERENSIAL
                                                                                                             TSI
Inkubasi 37°C 24 jam
Inkubasi 37°C 24 jam
Inkubasi 37°C 24 jam











 

























BAB III
METODE KERJA
3.1  Tujuan Pemeriksaan
        Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi Vibrio sp dalam sampel buangan air ikan.

3.2  Alat dan Bahan
·            Alat


-             Objeck Glass
-             Ose Bulat
-             Ose Lurus
-             Lampu Spiritus
-             Mikroskop
-             Autoclave
-             Tabung Reaksi
-             Pipet Tetes
-             Botol


-             Sampel


·            Reagen        


-             Carbol Gentian Violet
-             Lugol
-             Alcohol 96%
-             Air Fuchsin
-              
-             Indicator Methyl Red
-             Indikatot BTB
-             Α – Naphtol 1 %
-             KOH 1%


·            Sampel
Air got FIK UNM

·            Media
-             TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose)
-             MC (Mac Conkey)
-             TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
-             Media Biokimia (MR/VP, SIM, Gula-gula, Urea, SCA)
3.2  Prosedur Kerja Pemeriksaan Vibrio sp
Ø  Hari ke I
-             Sampel dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
-                Setelah dicentrifuge, sampel dituang pada media TCBS dan Mac Conkey.
-             Inkubasikan 37oC selama 24 jam.

Ø  Hari ke II
-             Bakteri yang tumbuh pada media TCBS dan MC kemudian dicat dengan pewarnaan Gram, hasilnya adalah basil bengkok seperti koma atau basil Gram negative (-), lalu di tanam pada media deferensial TSIA.
-             Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C.

Ø  Hari ke III
-             Koloni yang tumbuh pada TSIA ditanam pada media uji biokimia (gula-gula dan Urea) dan uji IMViC (SIM, MR, VP, SCA).

Ø  Hari ke IV
-             Media uji biokimia (gula-gula, SIM, MR, VP, SCA, LIA dan Urea) diamati dan di identifikasi.
-             Untuk media SIM, ditambahkan dengan reagen Covac’s
-             Untuk media MR, ditambahkan dengan reagen Metil Red
-             Untuk media VP, ditambahkan dengan KOH 40 % dan α-naftol 10 %
-             Hasil pengamatan, disesuaikan dengan table pengamatan biokimia untuk menentukan spesies bakteri Vibrio sp yang ditemukan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.        Hasil Pengamatan
 Penanaman pada media BHIB                       Penanaman Pada Air Pepton
          
Tampak kekeruhan
                                                                                       
                                                                              


 
                                            
                                                       Hasil Pewarnaan


                                                                         
                         

          Basil Gram Negatif                                         Basil Koma Gram Negatif


Koloni pada media TCBS dan MC


                                                                                    


                                                      
                                                                              
                         TCBS                                                Mac Conkay
Hasil Penanaman Pada Media
Ciri-ciri koloni Pada media TCBS :
Koloni sedang-besar, berwarna hijau, jernih, smooth, keping, tepinya tipis, ada koloni yang berwarna kuning dengan zona yang berwarna kuning juga.
Ciri-ciri koloni Pada MC    :
Koloni kecil-kecil, sedikit cembung, tidak berwarna atau merah muda, smooth.

§  Hari ke II
    Hasil penanaman pada media differensial TSIA
                            
                                      
                                
                                              



                          
§  Hari ke III
    Hasil Uji Biokimia



                                       


                       SCA                       SIM     MR      VP                         Urea




                                 

                       Lak   Glu  Man   Mal                                        LIA








BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan identifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel air got  yang diperiksa terdapat bakteri E.coli

5.2    Saran
          Dalam melakukan pemeriksaan pada specimen, perlu memperhatikan prosedur kerja tetap identifikasi bakteri Vibrio, agar hasil  identifikasi yang diperoleh murni dari satu genus bakteri yang diinginkan.












Air GOT FIK UNM





OLEH
Ahmad Akhsan
P0.71.3.203.09.1.001


Kementrian Kesehatan RI
 Politeknik Kesehatan Makassar
Jurusan Analis Kesehatan Makassar
2011